Senin, 08 Oktober 2012

cerita yang dapat di ambil maknanya

judul    Kebodohan adalah teman kita
Acapkali saya merasa tidak puas dengan apa yang ada pada diri saya, apa yang saya peroleh. Pernahkah anda juga merasa demikian?
Suatu ketika saat saya sedang menonton sebuah film di televisi, saya sangat terkesan ketika sang tokoh menuliskan di secarik kertas “Kebodohan adalah teman kita”.
Merasa iri adalah hal manusiawi. Namun iri, oleh kita dapat dibagi dalam 2 hal yakni “iri” (baca: iri dalam tanda kutip) dan iri dengki. Sebenarnya iri ya tetap iri. Namun pembagian itu dilakukan oleh manusia lebih pada faktor “bagaimana menyikapi” rasa iri itu sendiri.
Iri menurut saya –seperti dalam film—adalah sebuah kebodohan yang tanpa sadar telah menjadi teman kita sehari-hari. Mengapa saya katakan demikian? Karena betapa bodohnya kita (termasuk saya) ketika saya merasa iri dengan orang lain padahal di lain pihak kita memiliki kelebihan dari orang lain.
Misalnya: saya kadang berpikir alangkah enaknya jadi si A. Ia bisa punya mobil, bisa ke restaurant atau menyewa cottage seharga jutaan per malam. Sedangkan saya, mau membeli sebuah gaun  saja harus menabung beberapa bulan. Pikiran itu hanya sebuah pemicu atau istilah kerennya disebut stimuli. Nah, sekarang bagaimana kita menyikapi stimulan (hal yang menjadi pemicu) tersebut? Apakah saya lantas jadi pemimpi; atau saya akan mencari uang dengan cara haram sekalipun; ataukah saya akan menekan suami saya tanpa saya tahu bagaimana cara ia mendapatkan uang; atau saya akan jadi orang sinis yang melihat kemapanan orang lain.
Pernahkan terlintas dalam pikiran kita bahwa kita lebih beruntung dari Si A karena kita tidak terikat hutang, sedangkan Si A memiliki hutang bank yang membuatnya sulit tidur. Menurut idealnya: yang baik adalah menjadikan iri sebagai pemicu atau motivasi untuk tindakan dan pikiran positif. Bagaimana caranya?
Gampang-gampang susah dan susah-susah gampang tergantung bagaimana kita melihat. Jadi, tidak ada salahnya toh jika kembali kita renungkan : Jangan jadikan kebodohan sebagai teman diri kita.  Mendramatisir rasa iri tidak akan menjadikan kehidupan kita lebih baik. Biarlah orang mau melihat kita seperti apa, yang penting adalah seperti apakah kita melihat orang lain.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar