cerita yang dapat di ambil maknanya
judul Kebodohan adalah teman kita
Acapkali saya merasa tidak puas dengan apa yang ada pada diri saya, apa yang saya peroleh. Pernahkah anda juga merasa demikian?
Suatu ketika saat saya sedang menonton sebuah film di televisi, saya
sangat terkesan ketika sang tokoh menuliskan di secarik kertas
“Kebodohan adalah teman kita”.
Merasa iri adalah hal manusiawi. Namun iri, oleh kita dapat dibagi
dalam 2 hal yakni “iri” (baca: iri dalam tanda kutip) dan iri dengki.
Sebenarnya iri ya tetap iri. Namun pembagian itu dilakukan oleh manusia
lebih pada faktor “bagaimana menyikapi” rasa iri itu sendiri.
Iri menurut saya –seperti dalam film—adalah sebuah kebodohan yang
tanpa sadar telah menjadi teman kita sehari-hari. Mengapa saya katakan
demikian? Karena betapa bodohnya kita (termasuk saya) ketika saya
merasa iri dengan orang lain padahal di lain pihak kita memiliki
kelebihan dari orang lain.
Misalnya: saya kadang berpikir alangkah enaknya jadi si A. Ia bisa
punya mobil, bisa ke restaurant atau menyewa cottage seharga jutaan per
malam. Sedangkan saya, mau membeli sebuah gaun saja harus menabung
beberapa bulan. Pikiran itu hanya sebuah pemicu atau istilah kerennya
disebut stimuli. Nah, sekarang bagaimana kita menyikapi stimulan (hal
yang menjadi pemicu) tersebut? Apakah saya lantas jadi pemimpi; atau
saya akan mencari uang dengan cara haram sekalipun; ataukah saya akan
menekan suami saya tanpa saya tahu bagaimana cara ia mendapatkan uang;
atau saya akan jadi orang sinis yang melihat kemapanan orang lain.
Pernahkan terlintas dalam pikiran kita bahwa kita lebih beruntung
dari Si A karena kita tidak terikat hutang, sedangkan Si A memiliki
hutang bank yang membuatnya sulit tidur. Menurut idealnya: yang baik
adalah menjadikan iri sebagai pemicu atau motivasi untuk tindakan dan
pikiran positif. Bagaimana caranya?
Gampang-gampang susah dan susah-susah gampang tergantung bagaimana
kita melihat. Jadi, tidak ada salahnya toh jika kembali kita renungkan
: Jangan jadikan kebodohan sebagai teman diri kita. Mendramatisir rasa
iri tidak akan menjadikan kehidupan kita lebih baik. Biarlah orang mau
melihat kita seperti apa, yang penting adalah seperti apakah kita
melihat orang lain.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar